By: _yayuksaboeteam_
=
Pada apapun yang disebut cinta, ada ketulusan sebagai zat pembangunnya. Saat kau berharap setimpal bahkan lebih dari yang kau berikan, mungkin bukan cinta yang tengah kau bangun. Tanya hatimu.
=
Kecintaan Paijo terhadap volly telah jadi obsesi. Memiliki minimal 6 anak telah dicanangkan jauh-jauh hari. Maka kunjungan bidan ke rumahnya ia anggap tragedi.
"Bu, tolong jangan pengaruhi istri saya. Apa urusanmu, sedang ustadz saja bilang banyak anak banyak rezeki." Paijo mencak-mencak.
Sikap ustadz dan bidan kerap jadi kontroversi di kampung ini.
Bidan sekali lagi menegaskan. "Ini tugas saya Paijo."
"Dan ini keluarga saya, Bu."
Surti menggeleng kuat. "Itu hanya obsesi gilamu, Mas!" Isak Surti.
"Kau tak mengenal istrimu, Paijo!" desak bidan.
Paijo merasakan nyeri di dadanya. Pandangannya menyapu ruang tamu. Deretan piala, piagam dan medali bukti kejayaan masa lalunya menghiasi rumah kecil yang dibangunnya dengan cinta.
"Bagaimana aku tak mengenal istriku sendiri?" Paijo marah.
"Kau tak tahu apa-apa tentang rahim istrimu. Ada kista tumbuh di dalamnya. Sangat beresiko jika ia hamil lagi."
Tatapan Surti lemah dan sayu. Paijo luruh.
Bidan tak buang waktu. "Besok, ikut program KB ke Puskesmas, ya?"
Surti mengangguk. Saat itu empat anaknya yang usianya hanya berselang satu tahunan gemeruduk masuk.
Paijo menenangkan mereka. "Psst. Ada tamu. Sini salim sama bu bidan."
"Calon tim voly yang hebat. Akan kukirim dua anakku untuk kau latih, Jo!" ujar bidan.
Satu dari mereka melempar bola ke samping. Lalu bergiliran salim.
=
Kepala Surti gatal. Kian digaruk kian runyam. Tak lagi dapat menguasai diri ia bernegosiasi dengan suami mengajaknya ke klinik.
"Kopinya keburu dingin, Mas Paijo?" tawarnya manis.
"Ya."
"Mas, suami yang baik itu memperhatikan kesehatan istrinya. Aku tahu kamu suami yang baik."
Surti berharap Paijo mengambil kesimpulan tepat atas pernyataan-pernyataannya.
"Lho, mau kemana, Mas?" Ia beranjak meninggalkan kursi tanpa menyentuh cangkir kopinya.
Surti khawatir suaminya tak berkenan. "Aku cuma guyon, kok!"
Suaminya kembali dengan gunting di tangan. "Kali ini aku serius! Sudah saatnya rambutmu dibabat."
"Jangan, ini mahkotaku," tangis Surti menghiba.
Paijo bergeming. "Tak ada kebanggaan untuk mahkota penuh kutu."
Mengetahui hidupnya tinggal setarikan nafas lagi. Sepasukan kutu rambut Surti garang menyerang. Surti menggelinjang tak karuan. Ia rela botak selamanya.
=
Seharian ini Sinta menghabiskan waktunya di ruang bercat biru dengan wallstiker bergambar biota laut sehingga kamarnya mirip akuarium raksasa.
“Ia tak seperti lelaki yang kukenal dulu.” Sinta mencoba menyelami masa lalunya. “Bahkan jepit rambut hello kitty yang ia berikan tak membuatnya mengenaliku.” Sinta memandangi benda penuh kenangan itu.
Riak gelombang Teluk penyu masih segar dalam ingatan. Saat itu Rama dan Sinta berlari kecil-kecil di atas pasir berbuih. Rama ingin melihat Sinta tampak sebagai wanita. Ia membelikannya jepit rambut. Lalu ia pergi untuk melanjutkan studinya di universitas di sebuah kota.
“Sin, ada tamu untukmu.” Kedatangan ibu membuyarkan lamunannya. Sinta buru-buru menyeka butiran bening di pipi.
“Siapa, Bu?”
“Keluarlah, kau akan tahu.” Jawaban ibu membuatnya penasaran.
Sinta terkejut. Ia tak menyangka lelaki itu ada di hadapannya.
“Sinta, aku minta maaf. Pikirku kemarin kau tak datang. Aku tahu dari temanku,” ucap Rama tulus.
“Kau seorang pembicara, penulis hebat. Kau tak lagi mengenaliku, bukan?”
“Jangan salah paham,” Rama jadi canggung. “Aku hanya tak menyadari bahwa kau seorang Dewi.” Sorot mata Rama tajam memandang teman masa lalu yang dirindukannya. “Sinta yang dulu selalu berambut cepak, terobsesi apapun bergambar tengkorak, kaos belel dan celana sobek-sobek. Lihat dirimu sekarang.”
Sinta tersipu. Jepit rambut hello kitty itu masih dipegangnya erat. Purnama malam itu menjadi saksi perjumpaan sepasang muda-mudi setelah sepuluh tahun tak bertemu.
=
Blue and Black
Jalanan adalah ruang terbuka tempat Blue dan Black merayakan kemerdekaan mereka.
“Ini keren Black! Tunjukkan kebolehanmu!” Seringai Blue mengiringi kesibukan lalu lintas malam.
“Yeah!” Semangat Black membuncah. Ia merasa gagah sebagai truk pengangkut kentang kelas dunia.
Meski tak sehebat Blue, Black menyusul, menyalip dua bus sekaligus. Black terbatuk. Rasa minder akutnya mulai kumat.
“Bertahan, kawan! Kau harus sehat, ingat dua tahun lagi kau baru lunas. Kasihan pemilikmu.” Ejek Blue si pengangkut salak.
Black terpacu. Ia tancap gas, kentang bergoyang-goyang di bak belakang. Tak disadarinya motor berkecapatan tinggi dari arah berlawanan, oleng menabrak dirinya. Black banting setir dan terbalik. Muatannya tumpah ruah.
=
Obrolan di warung mie ayam pojok lapangan siang itu mendadak terhenti ketika seorang bertubuh gempal, kepala plontos, dan beralis sincan datang.
“Biasa, Bang!” lelaki itu duduk dengan satu kakinya terangkat ke kursi.
Bang Nono penjual mie ayam mengambil dua mangkuk, meracik mi lalu menyajikannya di atas meja kayu.
“Hei, kau yang di pojok!”
Seorang pelanggan yang merasa terpanggil tersentak lalu menoleh sedikit. “Ya, Bang?”
“Kecap!” Orang itu menyerahkan botol kecap dengan kepala tertunduk sementara pelanggan lain tak berani mengangkat dagu mereka dari mangkuk. Mie lembut dengan irisan ayam di atasnya serasa kawat bendrat. Susah di telan.
“Berapa semua, Bang Nono?” tanya dua pelanggan itu mengakhiri drama horror di siang bolong.
Lelaki bertubuh gempal berdiri mendekat. Dua pelanggan lari terbirit-birit sebelum membayar tagihan. Lelaki beralis sincan itu mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanannya sekaligus pesanan dua orang yang barusan lari seperti melihat setan.
.
Terlaris:
- Alat Bantu Paling Hot Ketika Bermain di Ranjang!
- Daftar Artis Indonesia Dengan Dada Terbesar
- Artis Indonesia Dengan Bokong Terseksi !
- HOT HOT HOT !!! Daftar Artis Terpanas Indonesia 2012!
- Wow! Ada Situs Yang Jual Toko Online Cuma 99 Ribu !!
- Ternyata, Ada Trik Paling Mudah Mendapatkan Bisnis Sampingan Tanpan Modal Sepeserpun!
